PONOROGO –
Hampir 100 pelajar mengikuti Lomba Macapat di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Ponorogo. Kegiatan dalam rangkaian Grebeg Suro 2025 itu menjadi ajang regenerasi penembang macapat.

“Ponorogo khususnya, tidak akan kehabisan seniman Jawa di bidang karawitan, seni olah vokal Jawa, kemudian di dalang,” kata Ketua Pelaksana, Sindu Parwoto, Senin (23/6/2025). Regenerasi yang baik itu pun diharapkan dapat melestarikan kesenian khas Jawa Timur ke depannya.

Dia menyebutkan jumlah peserta dari kategori Sekolah Dasar (SD) dan dan sederajat sebanyak 34 orang. Lalu, dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat 41 peserta sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat diikuti 20 peserta.

Perlombaan dimulai dari kategori SD dan SMA sederajat pada hari pertama, Senin siang hingga sore hari. Adapun, perlombaan untuk kategori SMP dijadwalkan pada hari kedua, Selasa (24/6/2025).

Purwoto menilai penampilan para peserta pada hari pertama sudah cukup baik walaupun masih ada kekurangan masing-masing. “Yang namanya anak secara pengetahuan tentang nada (titi laras) itu masih awam tapi sudah bisa diarahkan ke nada gamelan,” katanya.

Melihat kemampuan generasi muda dalam membawakan macapat atau puisi tradisional dalam bahasa Jawa membuatnya bangga. Menurutnya, bakat mereka sudah terlihat dalam lomba kali ini sehingga diperlukan pembinaan lebih lanjut agar dapat menjadi penembang macapat yang andal.

Sementara itu, Parwoto menjelaskan proses penilaian Lomba Macapat dalam rangka Grebeg Suro 2025 ditentukan melalui sejumlah aspek. Proses penjurian tersebut dilakukan oleh dewan juri beranggotakan para seniman yang berkompeten di bidangnya.

“Penilaiannya terutama titi laras atau suara yang sesuai dengan nada gamelan. Yang kedua, teknis dalam pengucapan vokalnya betul. Kemudian cara pengaturan nafas (pedotan), tidak terputus atau tidak berhenti di tengah atau tidak habis di belakang ketika suara rendah atau habis di suara tinggi,” tuturnya.

Lebih lanjut, penilaian berdasarkan penampilan secara keseluruhan dari awal sampai dengan akhir sesuai notasi yang ada. Tak hanya dari aspek teknis, penilaian juga dilihat dari tampilan kostum yang rapi, tidak gerogi hingga kesopanan para peserta di atas panggung.

Parwoto mengatakan Lomba Macapat sudah rutin digelar dalam setiap Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo. Konsistensi pemerintah daerah menggelar kegiatan tersebut diakui menunjukkan komitmen mereka untuk melestarikan kesenian tradisional.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *